Akhlakul Karimah adalah sesuatu yang melekat pada jiwa manusia yang daripadanyalah lahir perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa melalui proses pemikiran pertimbangan atau penelitian. Dalam hadist Baihaqi dan Malik
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ
مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
“Bahwa sesungguhnya saya (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan akhlak
manusia”.(HR. Al-Baihaqi)
Hadist Tirmidzi juga menjelaskan bahwa mukmin yang paling sempurna imannya
adalah orang yang paling baik akhlaknya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ
إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya
adalah ia yang memiliki akhlak terbaik. Yang terbaik diantara kalian adalah
yang terbaik akhlaknya kepada pasangannya.” (HR. At Tirmidzi)
Secara etiologis akhlaq berasal dari kata Al-Huluq, akhlak yang
berarti tabiat, budi pekerti, kebiasaan. Secara istilah akhlak berarti sesuatu
yang melekat pada jiwa manusia yang daripadanyalah lahir perbuatan-perbuatan
yang mudah tanpa melalui proses pemikiran pertimbangan atau penelitian.
Kata akhlaq berakar dari kata khalaqa atau khalqun yang
berarti kejadian, bentuk, ciptaan, tampilan, prilaku, tingkah laku, yang
sepintas hanya berkonotasi lahiriyah, padahal sebenarnya akhlak itu meliputi
yang bathiniyah (dalam) disamping yang lahiriyah karena sikap batin
termasuk materi kajian akhlak, sehingga boleh jadi seseorang yang tutur katanya
santun, tingkah lakunya sopan, tetapi dia tidak berakhlak mulia sebab bias jadi
demikian itu karena ingin mendapat pujian atau malah dalam rangka menipu.
Oleh sebab itu, akhlak tidak dapat di identikan dengan : Budi pekerti,
etika, sopan santun karena semuanya itu hanya terbatas hal-hal yang lahiriyah
saja, disamping hanya berkaitan dengan hubungan pergaulan antara manusia,
sementara akhlak mencangkup :
1.Hubungan manusia dengan dirinya.
2.Hubungan manusia dengan Allah.
3.Hubungan manusia dengan sesamanya.
4.Hubungan manusia dengan alam lingkungannya.
Pengertian akhlaqul karimah lainnya adalah akhlak yang terpuji baik
yang langsung terhadap Allah dengan melaksanakan ibadah yang wajib maupun yang
sunah, dan melaksanakan hubungan yang baik terhadap sesama manusia yang
meliputi antara lain :
1.Husnudzhan hablumminallah wahablumminannas ( Hubungan Baik Kepada
Alloh Dan Hubungan Baik Sesama Manusia )
2.Qana’ah yaitu menerima segala pemberian Allah SWT.
3.Ikhlas yaitu melaksanak sesuatu perbuatan yang baik hanya karena Alllah
SWT.
4. Sabar yaitu menerima pemberian dari Allah baik berupa nikmat maupun
berupa cobaan.
5. Istiqomah yaitu teguh pendirian terhadap keyakinannya.
6.Tasammuh yaiitu memiliki sifat tenggang rasa, lapang dada, dan
memiliki sifat toleransi.
7. Ikhtiar yaitu berusaha atau kerja keras untuk mencapai tujuan.
8. Berdoa yaitu memohon kepada Allah.
Dalil Tentang Akhlakul Karimah
Allah SWT berfirman:
خُذِ ٱلعَفوَ
وَأمُر بِٱلعُرفِ وَأَعرِضعَنِ ٱلجَٰهِلِينَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf:
199).
Ayat ini singkat namun padat dan mengandung arti yang begitu luas, dengan
kalimatnya yang singkat ia sudah mencakup seluruh aspek akhlakul karimah. Ayat
ini memerintahkan kita kepada tiga hal:
Kata خذ العفو
(maafkanlah) memerintahkan kita untuk memaafkan orang yang bersalah, menyambung
tali silaturrahmi kepada saudara yang mememutuskannya, memperbaiki hubungan
dengan orang lain, memaafkan orang yang menyakiti kita dan lain sebagainya.
Kalimat ini mengandung segala bentuk memaafkan dan bersabar terhadap orang
lain.
Kata وَأمُر بِٱلعُرفِ
(suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf (baik).) mengandung perintah untuk
menyeru kepada segala hal yang dianggap baik dalam syariat, baik berupa
perkataan maupun perbuatan.
Kata وَأَعرِض عَنِ ٱلجَٰهِلِينَ
(berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh) mengandung perintah untuk
bersabar dan berpaling dari orang-orang bodoh serta memuliakan diri dengan
tidak berdebat dengan mereka. Seorang penyair arab berkata:
إذا تكلم السفيه
فلا تجبه فخير من إجابته
السكوت
سكت عن السفيه فظن
أني عييت عن الجواب وما عييت
Jika orang bodoh berbicara maka janganlah engkau
menjawabnya,
Diam itu lebih baik daripada menjawabnya,
Saya bersikap diam terhadap seseorang yang bodoh,
Maka dia mengira aku tak bisa menjawabnya padahal aku
bukan tak bisa menjawabnya.
Al-Alusi berkata, “Lebih dari satu ulama menyebutkan bahwasanya tidak ada
di Al-Qur’an ayat yang lebih mencakup Akhlak-akhlq mulia daripada ayat ini,
yang initinya –sebagaimana yang mereka katakan- adalah bergaul dengan orang
lain dengan baik, mencurahkan sedikit yang kita miliki demi berbuat baik kepada
mereka, bersabar terhadap kesalahan-kesalahan mereka.” (Ruhul Ma’aniy, karya
Al-Alusi 5/137)
Syaikh As-Sa’diy rahimahullah berkata, “Ini adalah ayat yang bermakna luas
tentang berakhlak baik dengan orang lain, dan apa saja yang harus kita lakukan
dalam bersosialisasi dengan mereka.” (Tafsir As-Sa’diy Hal. 313)
Ayat ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya” (HR Bukhari dan
Muslim). Wallahu a’lam.
Nama: Baharuddin AL Ghoni

0 Komentar