Apa si Husnudzon itu ? Husnudzon itu ialah kita mempunyai prasangka baik kepada Allah SWT,  manusia maupun kepada diri kita sendiri. Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (Su’uzan) yaitu menyangka orang lain melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar. Berprasangka baik kepada manusia di dalam kehidupan sehari hari itu penting tujuannya adalah agar hubungan persahabatan dan persaudaraan manusia akan lebih kuat lagi karena kebiasaan berbaik sangka akan menghindari keretakan hubungan. Sifat Husnudzon ini letaknya dari dalam hati jadi Husnudzon itu tidak nampak, tapi  yang nampak itu efeknya dan Husnudzon itu datang dari kita mengenal allah.

Di dalam al-Quran ada ayat yang menjelaskan tentang pentingnya berbaik sangka yaitu:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

 

“Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)

 

Dari ayat di atas bisa di simpulkan bahwa kita itu sebagai orang beriman harus menghindari yang namanya berburuk sangka ( su'udzan) karena berburuk sangka itu termasuk perbuatan yang dosa dan bisa membuat perasaan diri kita itu selalu gelisah karena di dalam fikiran orang yang berburuk sangka itu pasti setiap orang lain yang dia tidak suka ketika melakukan kebaikan dia menganggap orang itu riya,pamer atau bahasa zaman sekarang istilahnya pansos atau caper.

 

Apa  si manfaat dari kita bersifat Husnudzon ?

Manfaatnya itu kita bisa terhindar dari rasa penyesalan di akhir nanti karena kita sebelumnya sudah berburuk sangka tanpa ada bukti yang jelas, sikap ini juga bisa mempererat tali persaudaraan sesama muslim karena di antara keduanya tidak ada perasaan curiga dan juga membuat jiwa kita semakin tenang karena terhindar dari keresahan dan hati yang gelap karena dipenuhi dengan prasangka buruk terhadap orang lain.

 

Dulu itu, Ada sebuah  kisah seorang sahabat  namanya Thalhah bin Ubaidillah. Istrinya ini pernah merasakan yang namanya  bisnis dagangannya itu  maju, sukses dan juga pernah terpuruk. Ketika bisnisnya sedang sukses teman-temannya Thalhah ini pada datang kerumahnya ada yang datang untuk meminjam duit dan ada juga datang untuk di traktir oleh Thalhah. Namun disaat Thalhah saat itu sedang bangkrut teman-temannya itu justru tidak ada lagi yang datang kerumahnya dan juga tidak ada teman-temanya yang membantu Thalhah. Suatu ketika istrinya bilang begini “Thalhah liat tuh teman-teman kamu keliatan kan siapa yang sejati atau yang tidak” Lalu Thalhah bertanya kepada istrinya “Kenapa emangnya?” Istrinya berkata “ Waktu kamu sukses dulu, mereka pada datang kerumahmu tiap malam. Namun sekarang, ketika kamu bangkrut mereka semua meninggalkan kamu” Lalu Thalhah menjawabnya “ Engga sebaliknya mereka itu temen temen baik”. Kemudian istrinya bertanya “Mana sisi baiknya”. Dengan lugas Thalhah menjawab “Dulu di saat aku punya uang banyak mereka meminta tolong kepadaku karena mereka tahu saat itu aku bisa menolong mereka, Namun sekarang ketika aku bangkrut  mereka tidak mau datang karena mereka tau mereka tidak mau merepotkanku”.

 

Adapun cara-cara yang bisa kita lakukan untuk kita tetap berbaik sangka dan menghindarkan orang lain untuk berburuk sangka  menurut Ustadz Hannan Attaki seperti ini:

Yang pertama jika kita mendapatkan informasi atau teks dari orang lain yang membuat kita tidak nyaman seperti dia mengkritik orang lain atau membicarakan kejelekan orang lain dan jika kita mempunyai masalah dengan orang lain. Sebaiknya jangan langsung kita simpulkan sendiri. Sebaiknya kita tunggu saja kebenarannya siapa tau setelah kita tunggu akan terjawab dengan sendirinya dengan muncul kayak tabayyun penjelasan dari sana sini. Dan akhirnya yang sebelumnya  kita berburuk sangka sama orang lain menjadi tidak jadi.

 

Kedua ingatlah kebaikan orang lain karena jika kita tidak mengingat kebaikan dari orang lain agak susah juga buat kita memikirkan bahwa dia tidak ada maksud apa-apa dengan kita. Maka dari itu kita harus mengingat kebaikannya karena jika kita mempunyai masalah dengan orang itu atau kita meminta tolong ke dia tapi dia tidak bisa menolongnya,  pasti kita akan sulit untuk kita berburuk sangka kepadanya karena kita ingat bahwa dia itu orang nya baik pernah menolong kita. Jika kita orangnya mudah lupa maka tidak apa-apa dicatat saja di buku atau di kertas bahwa dia itu orang yang pernah menolong kita tujuannya agar kita tetap bisa mengingat kebaikannya.

 

Ketiga Kita sebagai objek utama harus menjelaskan terlebih dahulu jika kita ingin memposting sesuatu di media sosial tujuannya agar orang yang melihat postingan kita menjadi tidak salah faham dengan kita.  Contohnya itu seperti misalnya kita memposting tentang kegiatan kita yang sedang berbagi makanan kepada orang yang tidak mampu. Namun, disitu tidak di jelaskan tujuannya untuk apa pasti di situ orang lain yang melihat postingan kita akan berkata "Itu orang sedekah aja kok pake segala di pamerin di medsos, kalo niat sedekah mah ga usah di pamerin nantinya jadi riya". Namun jika kita jelaskan tujuan nya adalah untuk mengajak orang lain melakukan seperti apa yang dilakukan yaitu bersedekah makanan pada orang yang tidak mampu pasti mereka tidak akan berkata seperti yang tadi dan juga tidak akan berprasangka buruk kepada yang memposting tersebut.

 

Bagaimana sekarang sudah pada faham akan betapa pentingnya memiliki sifat Husnudzon...? Maka dari itu, Mulai dari sekarang marilah kita sama-sama terapkan sifat berprasangka baik di dalam kehidupan agar kita bisa membangun keluarga yang nyaman, persahabatan yang nyaman dan kehidupan di masyarakat yang nyaman juga. Terima kasih. Wallahua’lam Bissawab

 

 

 

Abdul Aldi