Sewaktu saya masih kecil, sekitar umur 6 atau 7 tahun, saya masih belum tahu bagaimana persisnya shalat. Saya tahu shalat itu apa dan bagaimana, tapi hanya sekedar tahu bahwa kalau sujud itu harus mencium lantai, jika iftitah berdirinya lama, Ketika salam tengok kanan dulu baru kekiri. Hanya seperti itu. Akan tetapi di umur ini  juga ada pengalaman yang saya alami dan membuat saya termotivasi untuk berubah.

Nah, Kejadiaanya waktu itu tuh tepatnya ketika hari raya lebaran, semua saudara saya datang, sekedar untuk berkunjung  dan bersilahturahmi sesama saudara. Saya senang?, oh tentu, saat itu hari raya, saya bisa dapat amplop banyak nantinya.

Ada moment saat (saya lupa kejadian pastinya) Tante datang menghampiri saya, awalnya biasa saja, menanyakan kabar dan sekedar bertanya-tanya tentang hal-hal lumrah yang biasa ditanyakan seorang Tante pada Ponakannya. Tapi kemudian dia bertanya pada saya perihal shalat, saya jawab saja “Masih belum bisa shalat, Tan”. Mendengar jawaban itu Tante malah langsung mengejek dan membanding-bandingkan anaknya dengan saya. Katanya, anaknya sudah pintarlah, bisa shalat sendirilah, padahal umur nya lebih muda dari saya.

Dari situ saya sakit hati, jadinya saya ikut-ikutan shalat saja bersama yang lain. Ketika sholat karena bingung mau baca apa, akhirnya saya baca saja surah Al-Fatihah disetiap gerakan sambil melirik yang lain. Namanya juga ikut-ikutan. Dengan polosnya saya shalat lumayan lama.

Nah, di suatu hari (saya juga lupa tepatnya kapan), saya ditanya oleh Kakak saya perihal shalat saya, saya jawab saja seadanya.  Mendengar jawaban saya kakak malah memberikan komentar yang sangat pedas

"Shalatmu gak bakal diterima kalau kayak gitu, gak sah itu!" Katanya, sambil mengadu pada yang lain perihal shalat saya yang seadanya itu.

Saya sempat protes tidak terima, toh saya juga masih kecil, tapi lagi-lagi saya malah dibanding-bandingkan dengan yang lain. Alhasil  saya sakit hati (lagi). Karena kesal akhirnya saya hafalkan saja semua bacaan shalat untuk memuaskan mereka semua.

Nah, kalau di pikir-pikir oleh saya sekarang, sebenarnya komentar pedas Kakak berarti bagi saya, toh kalau saya tidak diingatkan begitu, mungkin shalat saya tidak akan benar sampai sekarang. Dan kalau dipikir-pikir kembali, Tante saya juga berperan besar, coba kalau saya tidak diperlakukan begitu yang sampai bikin saya sakit hati, mungkin diumur segitu saya masih belum bisa beribadah dengan baik.

Maka dari itu, saya ambil kesimpulan bahwa tidak semua ejekan, cacian bakal bermakna buruk bagi saya. Malah, ejekan lebih terasa seperti motivasi jikalau kita bisa terima dengan baik meskipun terkadang menyakitkan tapi tidak ada salahnya merenungi suatu ejekan bukan? Toh, orang jelek jika dihina bisa jadi termotivasi menjadi cantik kan?.

Sukma Ayu