Pengertian Riba

Riba adalah tambahan yang berasal dari usaha haram yang merugikan salah satu dalam suatu transaksi. Adapun menurut istilah riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil, sedangkan riba menurut para ahli berarti setiap pinjaman yang mensyaratkan didalamnya tambahan adalah riba. Dosa riba yang paling ringan adalah menzinai ibunya sendiri, hampir setiap rumah ada riba diantaranya motornya riba, mobil nya riba, gajinya riba, rumahnya riba, gajinya riba, seakan akan bukan dosa padahal termasuk dosa besar. Ahmad sarwat, Lc., MA dalam'kiat-kiat syar'i Hindari Riba' menyebutkan Riba juga termasuk dalam satu dari tujuh dosa besar. Siapa saja yang melakukan riba akan diperingati oleh allah Swt.

Sebagaimana firman Allah Swt dalam al-Quran surat Ali Imron ayat 130:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوا الرِّبٰوٓا اَضْعَافًا مُّضٰعَفَةً ۖوَّاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَۚ

Artinya:"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."(Qs. Ali imron [3]:130).

 

Macam-macam riba

Riba terbagi menjadi 4 yaitu:

1. Riba Khoirot atau riba utang piutang adalah meminjamkan lalu mengembalikannya lebih, contohnya:  si A meminjam uang ke si B 100.000 lalu si B mengembalikannya 200.000 maka 100.000 nya itu riba.

2. Riba Fadhl adalah pertukaran antara barang sejenis dengan takaran yang berbeda, contohnya: satu kilo beras  ditukar dengan beras yang kurang dari satu kilo.

3. Riba Nasiah adalah riba yang terjadi akibat jual beli tempo, contohnya: Si A membeli perak dengan jangka waktu dan tempo yang ditentukan baik dilebihkan atau tidak.

4. Riba Yad adalah riba yang terjadi akibat jual beli barang ribawi maupun non ribawi disertai penundaan serah terima kedua barang yang ditukarkan, atau penundaan terhadap penerimaan salah satunya, contohnya :ada penjual mobil yang menawarkan barang 90 juta jika langsung dibayar tunai, namun jika dicicil 95 juta.

 

Akibat riba

Syekh Abu Ja’far at-Thabari menafsirkan ayat bahwa pelaku riba dikaitkan keberadaannya dengan sifat gila adalah terjadi kelak di akhirat, yaitu ketika manusia dibangkitkan dari kuburnya sehingga ia berjalan kebingungan seperti orang gila.

Syekh Abu Ja’far at-Thabari menjelaskan dalam kitab tafsirnya:

فإن قال لنا قائل: أفرأيت من عمل ما نهى الله عنه من الرِّبا في تجارته ولم يأكله، أيستحقّ هذا الوعيدَ من الله؟ قيل: نعم، وليس المقصود من الربا في هذه الآية الأكلُ، إلا أنّ الذين نـزلت فيهم هذه الآيات يوم نـزلت، كانت طُعمتهم ومأكلُهم من الربا، فذكرهم بصفتهم، معظّمًا بذلك عليهم أمرَ الرّبا، ومقبِّحًا إليهم الحال التي هم عليها في مطاعمهم، وفي قوله جل ثناؤه: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ * فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

 Artinya: “Jika ada yang bertanya kepada saya: Adakah (bagaimanakah) pandangan tuan tentang orang yang melakukan pekerjaan yang dilarang oleh Allah berupa praktik riba di dalam niaganya, akan tetapi ia tidak memakannya. Apakah ia termasuk juga yang diancam oleh Allah sebagaimana ayat ini dimaksudkan? Jawab: Iya. Maksud dari riba pada ayat ini bukan hanya sebatas makan saja, melainkan konteks ayat ini diturunkan adalah adanya kaum yang sumber makanan pokok dan mata pencahariannya berasal dari riba. Oleh karenanya, Allah sebutkan sifat-sifat mereka dengan penekanan pada perkara ribanya, dan mencela kondisi mereka terkait dengan sumber konsumsinya”. (Q.S. Al-Baqarah : 278-279)

Maksud dari ayat yang dinukil dari Q.S. Al-Baqarah ayat 278-279 di atas, adalah mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan riba. Status pengharaman ini berhubungan dengan

 وأنّ التحريم من الله في ذلك كان لكل معاني الرّبا، وأنّ سواءً العملُ به وأكلُه وأخذُه وإعطاؤُه,

“Yaitu semua pihak baik pelaku, pemakan hasil riba, penarik riba dan pemberi riba.”

bahwa seiring haramnya riba, maka semua pihak yang berhubungan dengannya dihukumi sebagai haram dan berdosa. Tidak hanya pemakannya, orang yang mewakilkan, saksi dan penulisnya juga dihukumi sebagai haram disebabkan unsur ta’âwun (tolong menolong) dalam perkara batil.

Cara menghindari riba

Supaya dapat terhindar dari riba dapat menerapkan tips-tips berikut ini :

1. Kenali bahaya riba

2. Cara yang halal bertransaksi

3. Lakukan transaksi yang di perbolehkan

4. Saling membantu

5. Menanam sifat qonaah pada diri sendiri

 

Hukum riba

Hukum riba dalam islam adalah haram. Kebanyakan riba terdapat dalam bahaya hutang dalam islam, sehingga semakin menyengsarakan orang yang susah. Allah swt berfirman :

وَمَآ اٰتَيْتُمْ مِّنْ رِّبًا لِّيَرْبُوَا۠ فِيْٓ اَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُوْا عِنْدَ اللّٰهِ ۚوَمَآ اٰتَيْتُمْ مِّنْ زَكٰوةٍ تُرِيْدُوْنَ وَجْهَ اللّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُضْعِفُوْنَ

"Dan sesuatu yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi allah swt. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhoan allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang orang yang melipat gandakan (pahalanya)."(Qr. Ar-Ruum:39).

Hidup sederhana itu lebih baik daripada pura-pura kaya dengan Riba.

Revalisa Ratu Arnelyta